Selasa, 17 Maret 2009

Lahan Basah Desa Tungkaran atau hanya hamparan Eceng Gondok


Kalimantan Selatan merupakan kawasan yang memiliki banyak lahan basah. Salah satunya Lokasi yang kami datangi pada hari Kamis tanggal 12 Maret 2009. Lo
kasi observasi ini lumayan jauh dari pusat perbelanjaan di Martapura. Berada di Desa Tungkaran Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar. Letak geografisnya terletak pada titik koordinat 30 23’ 55.7” S dan 1140 49’ 32.5” . Dapat ditempuh sekitar 45 menit perjalanan dari Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Jalan menuju lokasi ini lumayan bagus walaupun terdapat genangan air atau lobak.

Lokasi survei ini merupakan lahan basah dalam golongan rawa. Rawa adalah lahan genangan airdrainase yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisika, kimiawi dan biologis. Bagian dasar rawa ini merupakan lumpur. secara ilmiah yang terjadi terus-menerus atau musiman akibat Merupakan kawasan rawa yang sebagian besar ditumbuhi oleh enceng gondok. Tumbuhan ini dapat mentolerir perubahan yang ektrim dari ketinggian air, laju air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium. Juga dapat mengurangi polutan logam berat sepeti Cu, Ni, dan Hg. Dan dapat menyerap residu pestisida. Penelitian seputar kemampuan eceng gondok oleh peneliti Indonesia melaporkan dalam waktu 24 jam eceng gondok mampu menyerap logam kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni), masing- masing sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu tak bercampur. Eceng gondok juga menyerap Cd 1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g berat kering apabila logam-logam itu berada dalam keadaan tercampur dengan logam lain. Lubis dan Sofyan (1986) menyimpulkan logam chrom (Cr) dapat diserap oleh eceng gondok secara maksimal pada pH 7. Dalam penelitiannya, logam Cr semula berkadar 15 ppm turun hingga 51,85 persen. Selain itu dapat memberikan nilai ekonomis terhadap warga sekitar sebagai bahan kerajinan tangan dan merupakan salah satu bahan dasar pembuatan biogas.namun disisi lain enceng gondok juga memberikan efek yang negatif seperti menurunkan jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO: Dissolved Oxygens), mempercepat terjadinya proses pendangkalan dikarenakan tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan, dan menurunkan nilai estetika lingkungan perairan. Adanya Purun Tikus di kawasan ini juga menandakan kadar kemasaman tanah yang tinggi yaitu sekitar (pH 2,5-3,5).

Disekitar lokasi ini merupakan permukiman warga. Lokasi ini sering dimanfaatkan oleh penduduk sekitar sebagai tempat memancing ikan. Selain itu pinggiran rawa juga digunakan sebagai tempat menyemai benih padi. Rawa setinggi dada orang dewasa ini selain ditumbuhi enceng gondok(Eichhornia crassipes) juga ditumbuhi genjer (Iimnocharis flava), Kelakai(Stenochlaena palustris), kiapu (Pistia stratiotes), purun tikus (Eleocharis dulcis), kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.), pohon jambu biji, dan tumbuhan rawa lainnya. Di pinggiran rawa tersebut ditumbuhi oleh rerumputan, putri malu/si kejut (Mimosa pudica) , dll. Dan merupakan habitat bagi ular, katak, dan ikan rawa seperti ikan sepat siam, papuyu, gabus, dll.

Tumbuhan yang hidup disini juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar obat. Contohnya tumbuhan kelakai yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Salah satu khasiatnya untuk mengobati anemia, mencegah penuaan dini, sakit kulit, dan pereda demam. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa kandungan zat bioaktif kelakai di daun adalah flavonoid sebesar 1,750 persen, streroid sebesar 1,650 persen, dan alkaloid sebesar 1,085 persen. Sementara di batang, ternyata kalakai mengandung flavonoid sebesar 3,010 persen, steroid sebesar 2,583 persen dan alkaloid sebesar 3,817 persen. Tumbuhan Kangkung yang biasanya ditumis juga mengandung kandungan kimia antara lain karotena, hentriakontan dan sitosterol. Zat-zat tersebut berfungsi sebagai antiinflamasi, diuretik dan hemostatik. Beberapa khasiat dari tanaman ini antara lain untuk mengurangi haid yang terlalu banyak, mengatasi keracunan makanan, kencing darah, anyang-anyangan (kencing sedikit-sedikit dan rasanya nyeri), mimisan, sulit tidur, dan wasir berdarah. Sebagai obat luar, kangkung digunakan untuk mengobati bisul, kapalan dan radang kulit bernanah.

Putri malu yang dikenal sebagai tumbuhan yang hidup di pinggir jalan ini mempunyai rasa yang manis, sifat agak dingin dan astringen mempunyai khasiat sebagai penenang (transquillizer), peluruh dahak (ekspektorant), peluruh kencing (diuretik), obat batuk (antitusif), pereda demam (antipiretik) dan anti radang karena mengandung Tanin, mimosin dan asam pipekolinat. Bagian akarnya dapat digunakan untuk pengobatan rematik, radang saluran nafas, batuk berdahak, dan mamalia. Bagian yang digunakan adalah herba dan akar dalam bentuk segar atau yang telah dikeringkan.

Wilayah ini juga strategis untuk membangun sebuah apotek dalam usaha mensukseskan Indonesia sehat. Mengingat di sekitar lokasi ini merupakan permukiman penduduk yang jauh dari pusat kota dan masyarakatnya masih tidak begitu perhatian terhadap masalah kesehatan. Daerahnya ini cocok untuk mensosialisasikan dan memperkenalkan pentingnya kesehatan. Dan juga tempat strategis untuk memasarkan obat-obat murah. Khususnya menjual obat-obat pertolongan pertama, sakit kepala, flu, batuk, dll. Karena masyarakat lebih percaya membeli obat di apotek daripada di warung.